Anda barangkali pernah bercita-cita atau membayangkan menjadi seorang CEO di sebuah perusahaan asuransi. Tidak ada yang salah dengan cita-cita tersebut apalagi jika Anda memiliki visi ke depan yang lebih baik. Bayangkan jika kita bekerja tanpa visi atau arah yang jelas, pasti perusahaan juga tak akan maju-maju.
Nah, sekedar berbagi saja kepada pembaca blog ini. Atau mungkin ada diantara Anda yang kini menjabat CEO yang sedang merencanakan untuk merestrukturisasi organisasi di perusahaan asuransi yang Anda pimpin. Struktur yang saya tawarkan ini disesuaikan dengan kebutuhan terhadap sistem kerja yang cepat dan tidak bertele-tele. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :
I. Direktur Utama
II. Direktur Teknik, membawahi :
II.1. Kepala Divisi Underwriting & Reasuransi, membawahi :
II.1.1 Kepala Bagian Underwriting Marine & Liability
II.1.2 Kepala Bagian Underwriting Fire & Engineering
II.1.3 Kepala Bagian Underwriting Motor Vehicle & Misc.
II.1.4 Kepala Bagian Underwriting Credit & Bonding
II.1.5 Kepala Bagian Reasuransi Treaty & Fakultatif
II.2. Kepala Divisi Klaim
II.2.1 Kepala Bagian Klaim Marine & Liability
II.2.2 Kepala Bagian Klaim Non Marine
III. Direktur Pemasaran
III.1 Kepala Divisi Broker
III.2 Kepala Divisi Retail & Corporate
III.2 Kepala Divisi Bancassurance
IV. Direktur Keuangan, SDM, & Operasional
IV.1 Kepala Divisi Keuangan & Akuntansi
IV.2 Kepala Divisi SDM & Umum
IV.3 Kepala Divisi IT, R & D
IV.4 Kepala Divisi Humas & Customer Care
Sebagai catatan, mengapa underwriting & reasuransi digabung dalam 1 (satu) divisi ?, Maksud dari penggabungan ini adalah untuk memudahkan proses penutupan asuransi yang memerlukan back up treaty maupun fakultatif sehingga dapat segera diproses tanpa perlu menunggu birokrasi internal yang lama alias bertele-tele. Atau jika mau lebih “ramping” lagi, setiap kepala bagian langsung memegang underwriting dan reasuransi sekaligus sehingga proses akseptasi akan jauh lebih simple. Caranya dengan cara menempatkan minimal 2 (dua) staf : (1) staf akseptasi, dan (2) staf reasuransi. Dengan begitu, ketika sebuah penutupan memerlukan placing fakultatif katakanlah, maka PIC-nya cukup 1 (satu) orang yaitu ke kepala bagian masing-masing class of business. Hal ini tentu berbeda jika underwriting dan reasuransi dibuat divisi terpisah. Meski ter-spesialisasi namun proses akseptasinya akan memakan waktu yang lebih lama dan pasti ribet karena melibatkan hubungan kerja antar divisi.
Di Direktorat Pemasaran saya membaginya ke dalam 3 (tiga) divisi yaitu Broker, Retail & Corporate, dan Bancassurance. Jika memungkinkan sih antara retail dan corporate dipisah terutama apabila account retail dan corporate seimbang.
Terakhir, mengapa antara keuangan, SDM, dan operasional digabung ?. Keuangan dengan SDM memiliki kaitan erat dalam hal pengelolaan karyawan, begitu juga operasional dipastikan membutuhkan kecepatan dana keuangan. Di bawah direktorat ini terdapat semua fungsi di luar underwriting, klaim, dan pemasaran. Direkturnya pun harus mengetahui banyak hal, mulai dari aspek keuangan, SDM, sampai IT.
Begitulah…sekedar uneg-uneg dan bagi-bagi isi pemikiran soal struktur organisasi sebuah perusahaan asuransi kerugian. Siapa tahu artikel ini dapat memberi inspirasi bagi Anda dan siapa saja yang membutuhkannya. Jika Anda berhasil menerapkan konsep ini, jangan lupa menghubungi saya ya.. :lol: .. Salam sukses !.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "contoh struktur organisasi di perusahaan asuransi"
Post a Comment